PAKU MENGAJARI ANDA CARA MENGENDALIKAN EMOSI
Ada seorang anak kecil yang nakal dan tidak bisa dinasehati. Orang
tuanya sendiri sulit sekali mengatasi kelakuan anak ini. Pada suatu hari
ayahnya memberi sekantong plastik paku. Coba kamu paku pagar halaman
rumah, dan lampiaskan kemarahanmu terhadap orang yang tidak kamu suka
pada tiap paku ini!” kata ayahnya. Di hari pertama, anak ini berhasil
memaku pagar dengan pake yang berjumlah
37 buah. Pada minggu berikutnya, dia sudah mengerti dan tahu bagaimana
cara mengendalikan diri. Sejak hari itu dia menjadi lebih bijak. Setiap
hari paku yang dia ketuk di pagar itu semakin berkurang.
Hari demi
hari dia semakin mudah untuk mengontrol diri, lebih mudah daripada
memaku pagar rumahnya. Akhirnya, dia berkata kepada ayahnya, “Saya tidak
perlu lagi disuruh memaku pagar rumah ini, karena saya sudah bisa
mengendalikan emosi dan mengontrol diri emosi!” Sebelum dia menyampaikan
niatnya itu, ayahnya langsung mengatakan, “Sekarang, coba kamu cabut
paku-paku itu. Karena pada setiap satu paku yang kamu cabut, kamu
belajar meminta maaf kepada orang lain, meminta maaf karena perbuatan
jahat dan tingkah lakumu selama ini.” Anak itu langsung melaksanakan apa
yang diperintahkan ayahnya.
Setelah semua paku-paku tercabut, dia
memberitahukan ayahnya. Lalu ayahnya mengajaknya ke pagar itu dan
mengatakan, “Kerja kamu bagus, nak! Tetapi coba kamu perhatikan dan
cermati dengan baik, pagar ini tidak seperti sebelumnya, sekarang
pagar-pagar ini cacat penuh dengan lubang karena paku-paku itu!”
APA HIKMAH YANG ANDA DAPATKAN DARI KISAH INI?
Ketika terjadi pertengkaran antara Anda dengan orang lain, mulut Anda
akan melontarkan kata-kata dan perkataan tajam, dan menusuk lawan Anda.
Saat itu Anda telah membuat lubang dalam pagar di hati orang tersebut.
Persis seperti pagar yang diceriterakan pada kisah di atas. Mungkin
setelah menusuk atau melukai tubuh seseorang, dan takut membahayakannya,
Anda menarik kembali alat yang ada di tangan Anda. Tetapi perbuatan
Anda itu sudah melukai tubuhnya dan meninggalkan bekas. Seperti apapun
Anda melukai orang lain, tetap saja ada bekasnya. Anda juga harus ingat,
bahwa menusuk, menikam, atau melukai orang lain tanpa menggunakan
senjata tajam, melainkan hanya dengan ucapan, namun bekasnya lebih
berbahaya daripada melukai tubuhnya. Ingatlah, sahabat, teman sejawat
Anda adalah orang-orang yang Anda sayangi, dan mereka kagum kepada Anda.
Mereka selalu mendukung dan memberi Anda motivasi. Mereka tempat Anda
curhat, senantiasa mendengar keluh-kesah, tempat berbagi suka dan duka
dengan Anda kapan pun Anda suka. Jadi, tunjukkan kepada teman dan
sabahat Anda, bahwa Anda mencintai mereka.
Sumber: Belajar dari Ayat-Ayat Allah yang Tersirat, hal. 29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar