Pelajaran Penting dari "Iyyaaka Na'budu wa Iyyaaka Nasta'iin"
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam sholat kita selalu membaca firman Allah ta’ala,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.” [Al-Fatihah: 4]
Beberapa Pelajaran:
1) “Hanya kepada-Mu kami beribadah” adalah hakikat Tauhid Uluhiyah,
yaitu meyakini hanya Allah ta’ala satu-satunya sesembahan yang benar,
adapun sesembahan selain Allah ta’ala adalah salah. Maka seorang hamba
hanya boleh beribadah kepada Allah ta’ala yang satu saja, tidak boleh
mempersembahkan ibadah kepada selain-Nya. Allah ta'ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ
هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Yang
demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Sesembahan) Yang
Haq (Benar) dan sesungguhnya apa saja yang mereka sembah selain Allah,
itulah yang batil (salah), dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha
Tinggi lagi Maha Besar.” [Al-Hajj: 62]
2) “Hanya kepada-Mu kami
mohon pertolongan” adalah hakikat Tauhid Rububiyah, yaitu meyakini hanya
Allah ta’ala yang mencipta, menguasai dan mengatur, maka hanya Dialah
yang mampu menolong kita, mengabulkan doa-doa kita dan menghilangkan
kesusahan dari kita, sehingga hanya kepada-Nya kita bersandar (tawakkal)
dan mohon pertolongan.
Oleh karena itu sangat mengherankan jika
ada orang yang membaca ayat ini setiap hari namun tidak mentauhidkan
Allah ta’ala dalam uluhiyah dan rububiyah, ada yang masih menganggap
boleh-boleh saja beribadah kepada selain Allah karena itu hak asasi
manusia, ketika ditimpa musibah bukannya minta tolong kepada Allah
ta’ala malah lari ke dukun, kuburan keramat, mempersembahkan sesajen
kepada setan, pake jimat, takut bulan sial, hari sial, angka sial, dan
berbagai macam keyirikan serta kekufuran lainnya. Allah ta'ala
berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan
rezeki kepada mereka sedikit pun dari langit dan bumi, dan tidak
berkuasa (sedikit jua pun).” [An-Nahl: 73]
3) Ibadah membutuhkan pertolongan Allah ta’ala. Al-‘Allamah Al-Mufassir As-Sa’di rahimahullah berkata,
وذكر { الاستعانة } بعد { العبادة } مع دخولها فيها، لاحتياج العبد في
جميع عباداته إلى الاستعانة بالله تعالى فإنه إن لم يعنه الله، لم يحصل له
ما يريده من فعل الأوامر، واجتناب النواهي
“Dan disebutkan
isti’anah (mohon pertolongan) setelah ibadah, padahal isti’anah juga
ibadah, sebab seorang hamba membutuhkan pertolongan Allah ta’ala dalam
seluruh ibadahnya, karena jika Allah ta’ala tidak menolongnya maka ia
tidak akan berhasil dalam mengamalkan ibadah yang ia inginkan, apakah
menjalankan perintah atau menjauhi larangan.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 39]
4) Kemampuan seorang hamba untuk beribadah kepada Allah ta'ala adalah
nikmat dan karunia dari Allah ta'ala yang sangat besar, maka sepatutnya
disyukuri dan tidak boleh berbangga diri ('ujub, kagum terhadap diri
sendiri dan lupa bahwa keutamaan milik Allah ta'ala) serta tidak boleh
pula menyombongkan diri (kibr, meremehkan orang lain). Allah ta'ala
berfirman,
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا
"Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu dan dapat beramal shalih)
selama-lamanya." [An-Nur: 21]
5) Apabila dalam nikmat ibadah
tidak patut untuk berbangga dan sombong maka dalam nikmat dunia tentu
lebih tidak patut lagi. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam
bersabda,
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
"Andaikan dunia di sisi Allah menyamai satu sayap nyamuk, niscaya Allah
tidak akan memberi minum kepada orang kafir meski hanya seteguk air."
[HR. At-Tirmidzi dari dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu'anhu,
Ash-Shahihah: 686]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar