Intisari Tauhid [184]
CELAAN TERHADAP ORANG-ORANG YANG GAMPANG BERSAKSI
Dalam Ash-Shahîh dari ‘Imrân bin Hushain radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ)، قَالَ عِمْرَانُ: فَلَا أَدْرِي أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنِهِ
مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا. (ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَشْهَدُونَ
وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذُرُونَ
وَلَا يُوفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“Sebaik-baik umatku
adalah (mereka yang hidup pada) masaku, kemudian generasi berikutnya,
lalu generasi berikutnya -‘Imrân berkata, ‘Aku tidak ingat lagi apakah
beliau menyebut sebanyak dua atau tiga kali setelah masa beliau.’-.
Kemudian, sesudah kalian, akan ada orang-orang yang bersaksi tanpa
diminta. Mereka berkhianat dan tidak amanah. Mereka bernadzar, tetapi
tidak memenuhi (nadzar)nya, dan mereka tampak gemuk.”
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa sebaik-baik umat
ini adalah tiga generasi yaitu shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in,
karena tampaknya (kuatnya) Islam pada mereka dan dekatnya mereka dengan
cahaya kenabian. Kemudian setelah generasi yang utama ini, muncullah
kejelekan pada umat tersebut, bertambah banyak kebid’ahan, meremehkan
persaksian, menggampangkan amanah dan nadzar, bersenang-senang dengan
dunia serta lalai dari akhirat. Munculnya amalan-amalan yang tercela ini
menunjukkan lemahnya keislaman mereka.
Pada hadits ini terdapat
celaan terhadap orang-orang yang bergampangan dalam bersaksi, yang mana
persaksian itu termasuk salah satu jenis sumpah.
Faedah Hadits
1. Keutamaan tiga atau empat generasi pertama, yaitu shahabat, tabi’in dan yang mengikuti mereka.
2. Tercelanya (sikap) gegabah dalam bersaksi.
3. Tercelanya meremehkan nadzar dan kewajiban menunaikan nadzar.
4. Tercelanya mengkhianati amanah dan anjuran untuk menyampai¬kannya.
5. Tercelanya sikap bersenang-senang dan cinta kepada dunia serta berpaling dari akhirat.
6. Adanya salah satu tanda kenabian shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
bahwa beliau mengabarkan sesuatu sebelum terjadinya, kemudian hal itu
terjadi sebagaimana yang beliau kabarkan.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Ust. Dzulqarnain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar