Senin, 07 Desember 2015

PERNIKAHAN




Menikah merupakan dambaan setiap insan manusia. Menikah juga tak hanya sarana menyalurkan cinta dan nafsu belaka tanpa menuai pahala dari Allah Ta’ala. Menjadi keluarga yang bahagia, penuh dengan rasa cinta dalam rumah tangga merupakan impian dan idaman. Sungguh indah bersanding dengan seorang yang didambakan. Maka tak heran jika ada yang memasang berlembar-lembar kriteria diajukan demi mendapatkan pasangan yang diimpikan.
Mematok seabrek kriteria bukanlah hal yang salah, karena setiap orang mengidamkan pasangan terbaik sebagai pasangan hidupnya demi kebahagiaan rumah tangga kelak. Namun, ingatlah bahwa kriteria-kriteria itu bukanlah harga mutlak. Karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia. Layaknya matahari dan bulan, mereka sama-sama memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bulan datang ketika malam tiba memberikan penerangan dalam kegelapan malam. Pun dengan matahari yang datang memberikan cahaya terbaiknya untuk menghangatkan bumi pertiwi.
Termotivasi dan berkeinginan menikah sampai mencapai level tertentu merupakan anugerah yang indah dari Allah Ta’ala. Dengan menyadari bahwa laki-laki dan perempuan merupakan kekuasaan-Nya, Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ” (QS. Ar-Ruum: 21).
Menikah adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kita berusaha untuk selalu mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى
“Barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukanlah termasuk umatku.” (HR. Bukhari no.5063 dan Muslim no.1401).
Berharap pahala dari kehidupan rumah tangga, mendapat keturunan yang shalih dan shalihah. Menjadi taman untuk mendirikan syari’at agama pertama bagi anak-anaknya.
Janganlah keinginan menikah yang telah menghujam dalam hati sirna karena terlalu tingginya patokan kriteria yang diajukan. Jikalau ternyata tidak ditemukan yang sama dengan kriteria yang diinginkan, maka tidak boleh merugikan dirinya dengan menunda-nunda pernikahan demi menunggu dan mendapatkan yang sama persis dengan keinginannya. Sehingga ia tidak sadar dangan kondisinya sendiri yang telah berada pada ambang waktu untuk harus menikah. Sungguh hal yang sangat merugikan jika standar yang diinginkan tertalu tinggi malah menjadi duri bagi dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
“Apabila engkau mendamba seorang yang berbudi tanpa cela, mungkinkah kiranya gaharu menebarkan wanginya tanpa asap?” (Majma’ Al-Hikam wal Amtsal fi Asy-Syi’r Al-‘Arabi).
Kalimat di atas telah menyadarkan dan mengajari kita, bahwa tidak mungkin seseorang akan mendapatkan pasangan yang sempurna tanpa cela. Oleh karenanya, buat apa menunda pernikahan karena terhalang sebuah kriteria selangit yang belum sesuai keinginan?
BERDAKWAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar