Jumat, 09 September 2016

ANTARA DOSA DAN KHILAF

Antara Dosa dan Khilaf.
.
.
.
Jika Imam Syafi’i merasa mendapat bencana saat melihat betis gadis yang tak sengaja tersingkap. Kita malah merasa mendapat nikmat meski tak diungkap.
.
Jika Umar menginfakkan kebun yang membuatnya ketinggalan shalat ashar. Kita malah biasa saja berulang kali tertinggal meski azan terdengar.
.
Jika Urwah bin Zubair tak terganggu salatnya saat pisau bedah mengamputasi kaki. Kita bahkan terganggu hanya karena nyamuk yang menggigit ibu jari.
.
Jika Nabi Ibrahim as. sangat menyesal karena pernah berbohong meski seumur hidup hanya tiga kali.  Kita malah santai saja meski jumlah dusta sudah tak terhitung lagi.
.
Jika ‘Aisyah menyesali mengatakan “Shafiyah Si Pendek” yang bisa mengubah warna lautan.
Lalu bagaimana dengan gunjingan dari mulut kita? Mungkin bisa membuat seluruh samudra menjadi busuk dan pekat kehitaman.
.
Jika Umar bin Abdul Azis bergetar menahan istrinya berbicara di ruangan yang diterangi pelita minyak yang dibiayai negara.
Kita malah keasyikkan menggunakan fasiltas perusahaan seakan milik diri sendiri saja.
.
Jika serpihan pagar kayu rumah orang yang dijadikan tusuk gigi bisa membuat “Sang Kyai” tertahan untuk masuk surga.
Kita malah woles saja menikmati mangga hasil jarahan kebun tetangga.
Sudah begitu … pede pula meminta surga. Astaghfirullah!
Memang hari ini dunialah yang nyata dan akhirat hanya cerita. Namun sesudah mati, akhiratlah yang nyata dan dunia tinggal cerita.
Ya, Allah ampuni dosa dan khilafan kami. Satukan kami di surgaMu nanti.
Aamiin...aamiin...

Rabu, 07 September 2016

Islam memuliakan wanita selayaknya sebuah batu permata yang tidak dapat dilihat sembarang orang. Karenanya, tutuplah auratmu sehingga kemuliaanmu menyerupai permata.

Kamis, 19 Mei 2016

KITA HIDUP DI ZAMAN MENAIKKAN GAYA HIDUP

Allah Ta’ala berfirman,

آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7)

Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta tersebut milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebagaimana halnya seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak. ”

Al Qurtubhi sekali lagi mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ”

Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.” (Tafsir Al Qurthubi, 17/238).

IMAN ITU SEPERTI NAIK PESAWAT

Iman itu seperti engkau naik pesawat, Semakin tinggi engkau naik ke udara, semakin tinggi imanmu
Maka engkau akan melihat dunia ini begitu kecil ..

karena engkau telah benar-benar menyadari bahwa akhiratlah yang paling tinggi kedudukannya lagi kekal

“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39)

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17)

Ulama-ulama dahulu mengatakan betapa kecilnya dunia itu bahkan tak ada apa-apanya bila dibanding dengan akhirat

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,
“Dunia seperti air yang tersisa di jari ketika jari tersebut dicelup di lautan sedangkan akhirat adalah air yang masih tersisa di lautan.” Fathul Bari, Ibnu
Hajar Al Asqolani, 11/232

Abu Hazim –seorang yang dikenal begitu zuhud- ditanya,
“Apa saja hartamu?” Ia pun berkata, “Aku memiliki dua harta berharga yang membuatku tidak khawatir miskin:
[1] rasa yakin pada Allah dan
[2] tidak mengharap-harap apa yang ada di sisi manusia.”

“Tidakkah engkau takut miskin?”
Ia memberikan jawaban yang begitu mempesona, “Bagaimana aku takut miskin sedangkan Allah sebagai penolongku adalah pemilik segala apa yang ada di langit dan dibumi, bahkan apa yang ada di bawah gundukan tanah?!”

‘Ali bin Abi Tholib Radhiallahu anhu pun pernah mengatakan, “Siapa yang zuhud terhadap dunia, maka ia akan semakin ringan menghadapi musibah.”

Tentu saja yang dimaksud zuhud di sini adalah tidak mengharap dunia itu tetap ada ketika musibah dunia itu datang.

Sekali lagi, sikap semacam ini tentu saja dimiliki oleh orang yang begitu yakin akan janji Allah di balik musibah.

Begitulah gambaran orang-orang beriman, mereka menjadikan dunia hanya sebagai ladang untuk bercocok tanam dan memanenya kelak di Akhirat

Semoga Allah menjadikan kita termasuk dari golongan tsb .. Aamiin

MASYA'ALLAH;'')

Kegilaan dunia sekarang memang sudah diprediksi oleh rasul. Bagaimana para perempuan sudah melampaui batas, para pemuda sudah pada menyimpang, amar makruf ditinggalkan, yang makruf dianggap munkar, dan yang munkar dianggap makruf.
.
Begitulah dunia sekarang, yang gila semakin menggila. Yang dulunya sadar pun jadi ikut2an gila...
.
Bersyukurnya hari ini, bahwa kegilaan dunia sekarang terimbangi dengan polarisasi yang baik dengan yang buruk. Artinya, orang buruk semakin banyak tapi orang yang baik pun semakin banyak. .
.
Orang2 mulai jumud dengan kondisi sekarang. Makanya jangan heran jika makin hari makin banyak orang yang insaf. Para artis kian hari kian banyak yang tersadarkan.

ALHAMDULILLAH HUJAN

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[7]mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

’Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”[8]

Apabila Allah di beri nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca do’a,

اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً

“Allahumma shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”

MASIHKAH KHAWATIR DENGAN REZEKI?

Masihkah kita khawatir dengan rezeki? 😭

Ingatlah, rezeki selain sudah diatur, juga sudah dibagi dengan adil.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553).