“Allah menyembunyikan kekasihNya di antara manusia”, ujar ‘Umar ibn
Al Khaththab, “Sebagaimana Dia menyembunyikan Lailatul Qadr di antara
malam-malam bulan Ramadhan.” Semua malam bulan Ramadhan memang istimewa.
Tapi yang paling dahsyat adalah hadirnya yang rahasia, yang hanya
dikenali dari tanda-tanda yang tak seorangpun mudah memastikannya.
Orang-orang yang menetapi kewajiban kepada Allah dan menjauhi
laranganNya sungguh istimewa. Merekalah orang bertaqwa, merekalah
kekasihNya. Tapi kekasih Allah pun berderajat-derajat tingkatannya. Dan
termasuk tingkatan yang tertinggi di antara mereka, seperti kata
Sayyidina ‘Umar, adalah yang tak mudah dikenali oleh mata manusia.
Merekalah Atqiya’ul Akhfiya’, orang-orang yang bertaqwa lagi
tersembunyi. Mereka terkenal di langit meski diabaikan di bumi. Mereka
dirindukan surga meski dikucilkan dunia.
Inilah catatan penting
kita, bahwa orang-orang shalih yang menjadi kekasih Allah sama sekali
bukanlah orang yang menonjolkan diri. Mungkin memang ada di antara
mereka yang menonjol, tapi bukan sebab keinginan dirinya. Dan sungguh
hati mereka juga tak pernah menyukai keterkenalan itu. Allah hanya
hendak membebani mereka dengan ujian yang lebih berat berupa
kemasyhuran.
Maka Mu’adz ibn Jabal menangisi keterkenalannya,
sebab dia disebut oleh Sang Nabi ﷺ sebagai yang paling mengerti halal
dan haram dalam agama. Maka Muhammad ibn Wasi' berkata, “Andai dosa ada
baunya, takkan ada seorangpun di antara kalian yang tahan duduk di
sisiku.” Maka Imam An Nawawi tersedu memalingkan diri, ketika digelari
sebagai Muhyiddin, sang penghidup agama. Maka Yusuf Al Qaradlawy berkata
“Cukup!” dan Muhammad ibn Shalih Al ‘Utsaimin menyuruh pembawa acara
diam, ketika menyebut keduanya sebagai “Al ‘Allamah”, yang amat dalam
ilmunya.
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan sabda
Rasulullah ﷺ tentang kekasih Allah yang tersembunyi; yang kedudukannya
amat diidamkan para mulia yang di atas kita sebut namanya.
salimafillah“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mencintai hamba-hamba
yang diciptakanNya”, begitu kalimat Nabi ﷺ dalam riwayat Muslim, “Yang
terpilih, yang suka menyembunyikan ‘amal, yang bajik, yang kusut
rambutnya, yang berdebu mukanya, dan yang kelaparan perutnya. Jika
mereka meminta izin kepada Amir untuk menghadap, maka mereka tak
diizinkan. Jika memberi anjuran, maka kata-kata mereka tak dianggap.
Jika melamar, maka mereka tidak dinikahkan. Jika tak hadir, maka mereka
tak dicari. Jika muncul, kedatangan mereka tak disambut. Jika sakit,
mereka tidak dijenguk. Jika mati, mereka tidak dipersaksikan.” Betapa
Maha Bijaksana, Dzat yang menyatakan kepada kita bahwa makhluq yang
paling mulia di antara kita di sisiNya adalah yang paling bertaqwa.
Tetapi juga sekaligus mengabarkan melalui RasulNya bahwa ketaqwaan itu
ada di dalam dada, tak dapat dilihat oleh mata manusia siapapun dia.
Ianya bermakna; teruslah berkhusyu’ memperjuangkan taqwa dalam diri, dan
selalulah tawadhu’ kepada sesama hamba.
Sungguh kita tertuntut
untuk tak meremehkan seorangpun di antara hamba Allah yang shalih seisi
bumi, sebab boleh jadi mereka adalah para kekasihNya yang jauh lebih
terkasih dibanding kita.. Maka mari meniti jalan zuhud seperti yang
diungkap cirinya oleh Hasan Al Bashri. “Sang zahid adalah”, kata beliau,
“Dia yang jika berjumpa orang lain selalu berkata pada dirinya, ‘Beliau
lebih utama daripada aku.’” Dengan meneladani jawaban salam Habibullah ﷺ
pada Rabbnya pada saat Mi’raj, kita menyebut orang-orang shalih itu di
dalam doa tasyahud shalat kita, agar kita tergabung bersama mereka.
“Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin.. Salam sejahtera atas
kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih.”
Reshared dari ust. @salimafillah
Sekadar untuk berbagi informasi dan menyampaikan ilmu pengetahuan seputar Islamiyah.....Semoga bermanfaat, barokallahufikh.....
Jumat, 01 April 2016
DAKWAH PARA RASUL ADALAH DAKWAH TAUHID
Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul
pada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Beribadahah kepada Allah (semata) dan
jauhilah thaghut’.” [An-Nahl: 36]. Faedah Ayat;
1.
Sesungguhnya
hikmah pengutusan para rasul adalah untuk berdakwah menyeru kepada tauhid dan
melarang dari kesyirikan.
2.
Sesungguhnya
agama para nabi adalah satu, yaitu memurnikan peribadahan meskipun syariat
mereka berbeda-beda.
3.
Bahwa
risalah (tauhid) ini berlaku untuk setiap umat dan hujjah telah tegak bagi
seluruh umat manusia.
4.
Ayat
di atas menerangkan keagungan kalimat La Ilaha Illallah berupa penafian
(peniadaan) dan itsbat (penetapan). Hal ini menunjukkan bahwa tauhid tidak
dapat ditegakkan, kecuali dengan keduanya (nafi dan itsbat). Adapun nafi saja,
itu bukanlah penauhidan. Demikian pula, itsbat saja bukanlah penauhidan.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya
Syaikh Shalih Al-Fauzan].
Tiga Penyelamat dan Tiga Penghancur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Ada)
tiga hal yang membinasakan dan (ada) tiga hal yang menyelamatkan. Tiga hal yang
membinasakan adalah kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan
kebanggaan seseorang terhadap dirinya (sendiri). Tiga hal yang menyelamatkan
adalah rasa takut kepada Allah dalam keadaan rahasia dan terang-terangan,
bersikap pertengahan dalam hal kefakiran dan kekayaan, serta berlaku adil dalam
marah dan ridha.” (Diriwayatkan oleh beberapa orang sahabat. Dihasankan
oleh Al-Mundziry dan Al-Albany lantaran berbagai jalur periwayatannya. Bacalah
Ash-Shahih no. 1802).
Langganan:
Postingan (Atom)